Kamis, 13 Maret 2014

Di sebuah pemukiman yang nyaman, telah lahir seorang bayi perempuan yang cantik. Bayi itu bernama Reina Agha Mawari. Bayi perempuan tersebut berasal dari keluarga yang cukup berada. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun pun berlalu silih berganti. Kini Reina sudah tumbuh menjadi seorang anak yang selalu terlihat ceria. Reina adalah seorang perempuan tomboy. Mayoritas teman-temannya adalah anak laki-laki. Ibunya selalu menasihatinya untuk tidak terlalu dekat dengan anak laki-laki.

"Kamu kan perempuan, mainnya sama anak perempuan atuh ndo...", kata ibunya lembut.

"Teman aku kan juga ada yang perempuan bu...", jawab Reina.

"Ya tapi kamu masih main mobil-mobilan, tembak-tembakan, ambil ikan cere. Masa anak perempuan mainya jorok begitu?"

"Hehehe, abis aku males main sama anak perempuan. Mereka cengeng bu..."

"Kok kamu bilang begitu? Emang kamu gak cengeng? Lihat balon aja sudah nangis."


"Ah ibu. Aku kan takut balon. Wajar dong bu kalo aku nangis..."

"Ya sudah, cepat sana, mandi! Sudah sore."

"Ayay, kapten!"

"Kebanyakan nonton Spongebob kamu..."

"Hehehe..."

Waktu pun berlalu, dan sekarang Reina sudah tumbuh menjadi seorang anak remaja. Dan sekarang, dia sudah jarang bermain dengan anak laki-laki. Malah sekarang dia berubah menjadi cuek. Atau mungkin terlalu cuek.

Pada suatu hari, teman kecil Reina yang bernama Tomy datang dari luar kota untuk kembali melanjutkan studinya di Jakarta. Karena rumah Tomy dan Reina hanya beda sedepa, mereka jadi sering bertemu.

"Na, apa kabar?", sapa teman lamanya, Tomy.

"Baik.", jawab Reina dingin.

Tomy pun bingung melihat sikap Reina yang berubah drastis.

"Lo kenapa?"

"Gak apa-apa. Kenapa?"

Tomy yang melihat tingkahnya hanya tersenyum dan berkata,

"Lo lucu juga kalo jutek dan cuek gitu. Gemes gw!"

Tomy pun kemudian mencubit pipi Reina. Tapi sebelum tangan Tomy menyentuh pipi Reina, Reina menepis tangannya.

"Gak lucu!"

Reina pun meninggalkan Tomy begitu saja. Tomy pun bingung dengan Reina. Entah hal apa yang merubah sikapnya menjadi sangat dingin terhadap orang lain.

Semakin hari sikap Reina semakin dingin. Teman-temannya kebingungan menghadapi tingkahnya.

Pada suatu sore, Tomy berkunjung ke rumah Reina.

"Tomy! Apa kabar kamu nak? sudah lama kamu tidak main kesini...", sambut ibunya Reina lembut.

"Hahaha, maaf tante. Sibuk banget di Bandung... Reina kemana, tan?"

"Oh. Ada di kamarnya... Mau tante panggilkan?"

"Hm, dia sibuk ya tan?"

"Entah apa yang selalu dia lakukan di dalam kamarnya. Sekarang, dia begitu sibuk dengan dirinya sendiri. Terkadang dia juga lupa makan."

"Sebegitu drastisnya perubahan sikap Reina ya bu. Saya prihatin... Apa yang buat dia jadi begitu bu?"

Ibunya hanya bisa terdiam.

"Ada masalah apa dengan Reina bu? Apa Reina sakit?"

"Tidak nak Tomy..."

Tomy merasa ada yang aneh dengan keadaan di rumah Reina. Dia menyadari ada yang kurang. Hampir 10 menit mereka terdiam, hingga akhirnya Tomy mulai bicara.

"Si om, kemana tante? Kok nggak kelihatan?" tanya Tomy memecah keheningan.

"Oh? Memangnya Reina tidak cerita?"

"Reina? Reina gak bilang apa-apa tentang om, tan. memang om kemana?"

"Satu tahun yang lalu, tepat di hari ulang tahun Reina, ayahnya sakit keras. Reina sangat merasa kesepian sejak itu. Kamu kan tahu, Reina sangat dekat dengan ayahnya. Dia selalu berdoa dan berdoa agar ayahnya bisa sehat lagi. Tapi semakin hari, kondisi kesehatan ayahnya semakin menurun. Reina selalu cemas dengan keadaan ayahnya. Setiap pulang sekolah Reina langsung ke rumah sakit untuk menemani ayahnya."

"Reina menjadi tidak fokus dengan urusan sekolah. Ia lebih fokus dengan ayahnya. Banyak teman-temannya yang datang untuk menghibur, namun sama sekali tidak ia gubris..."

"Lalu, sampai sekarang Reina tetap begini, tante?"

"Ya, begitulah. Seperti yang kamu lihat, dia menjadi anak yang sedikit acuh terhadap orang lain..."

Setelah berbincang-bincang cukup lama, akhirnya Tomy memutuskan untuk pulang.
Dan, keesokan harinya...


"Na! Reina!"

"Ada apa Tom?"

"Kita main yuk! Udah lama nih gak main bareng."

"Gw sibuk."

"Sibuk mikirin masa lalu ya?"

"Apa lo bilang?"

"Gak kok, oh iya. Kalo gak mau main, mending kita belajar bareng. Gw denger dari nyokap lo katanya lo jago dibidang fisika. Ada yang gw gak ngerti nih. Ajarin dong."

"Punya guru kan? Tanya sama guru lo."

Reina langsung pergi meninggalkan Tomy. Tomy hanya bisa memandangnya dari kejauhan.
Lo kenapa, Na?
Hanya itu yang bisa Tomy ucapkan dalam hatinya.

Hari pun berlalu, Tomy masih memikirkan sikap Reina yag begitu dingin. Hingga akhirnya...

"Aha! Gw punya ide!"

Tomy bergegas keluar dari rumahnya, dan kebetulan ada Reina yang sedang duduk di teras rumahnya menatap langit sembari memegang sebuah buku.

"Hey...", Tomy menyapa.

Reina hanya menoleh sekilas. Lalu menjawab, "Ya?"

"Lagi ngapain?", tanya Tomy.

"Liatin awan.", jawab Reina

"Hahaha...."

"Kenapa?"

"Ah? Gak apa-apa.Sejak kapan lo suka awan? Seinget gw waktu lo kecil, lo gak suka awan. Karena, menurut lo, awan itu abstrak. Gak jelas bentuknya."

"Sejak kapan? Sejak ada seseorang yang suka banget sama awan."

"Siapa?"

"Ayah gw."

"Oh..."

"Ada apa Tom?"

"Gak apa-apa. Bahagia banget ya lo. Bisa deket sama ayah sendiri. Selama ini yang deket sama gw bukan ayah gw. Melainkan ayah orang lain. Hehehe..."

"Lebih baik gak kenal ayah sendiri."

"Kok lo ngomong gitu Na?"

"Buat apa kita kenal dan sayang sama seseorang yang udah pergi jauh dan gak kembali lagi? Nyesek tau gak. Batin dan pikiran tuh tersiksa."

"Reina, sejauh apapun ayah lo pergi, beliau akan tetep sayang sama lo..."

"Tuhan emang gak adil."

"Na! Gw gak suka lo ngomong begitu. Gw udah tahu semuanya. Ayah lo sakit keras di hari ulang tahun, dan gak lama setelah itu ayah lo meninggal. Tapi hidup lo gak bisa statis begini.Lo harus bangkit Na."

"Lo gak ngerti rasanya kehilangan orang yang bener-bener lo sayang Tom..."

Tak terasa, ternyata air mata telah membasahi pipi Reina. Tomy hanya bisa menatapnya lirih.

"Na, gw tau gimana rasanya kehilangan. dan sekarang gw bener-bener merasa kehilangan... Gw kehilangan elo, senyum lo, canda tawa lo, gw kehilangan semua tentang elo. Lo kuat, dan gw tau itu..."

"Gw masih Reina yang dulu kok. Tenang aja."

Setelah itu, Reina meninggalkan Tomy sendirian lagi. Dan ketika Tomy bergegas untuk kembali pulang, Tomy menemukan sebuah buku.
Buku siapa nih?

Dear Diary,

Hari ini, aku akan rajin menulis diary ayah. Aku janji. Aku ingin tetap bisa bercerita-cerita denganmu. Ayah, terima kasih atas kado ulang tahun yang engkau berikan kepadaku. Aku sangat suka buku diarynya. Ayah, betapa aku sangat merindukanmu. Kapan ayah pulang? Kapan ayah akan menceritakan dongeng untukku lagi? Kapan ayah akan ajak aku memancing lagi? Kapan kita jalan-jalan lagi, yah? Aku ingin berbincang-bincang dengan ayah lagi tentang masa depan. Aku ingin berenang lagi sama ayah. Aku ingin disuapin sama ayah... Ayah, apa ayah gak sayang sama aku? Aku sangat kesepian ayah... Aku terlalu takut dengan kehidupan ini. Aku butuh ayah untuk tetap bisa buat aku semangat tiap hari...

Tuhan, tolong jaga ayahku. Tolong tempatkanlah ayahku di sisi-Mu. Aku sangat mencintai ayahku...

Hari ini, tepat tanggal 27 Februari 2009, ayah telah pergi...
Ayah, sejauh apapun engkau, aku akan tetap menyayangimu...

Jakarta, 27 Februari 2009
I LoveYou, Daddy

Ini buku diary Reina
Tomy terdiam, merasakan keperihan hati Reina.
Maaf kalo aku lancang Na...
Hati kecil Tomy bersuara.

 Sudah beberapa hari ini Tomy tidak terlihat. Reina pun merasa sedikit aneh dengan menghilangnya seorang lelaki yang bernama Tomy Guntur Samudro. Rasa penasaran Reina begitu besar, hingga akhirnya ia memutuskan untuk mampir ke rumah Tomy di suatu sore.
Kosong?!
Rumah Tomy seperti tidak berpenghuni. Reina pun memutuskan untuk pulang.

Beberapa hari kemudian, ada sebuah mobil ambulan yang datang ke rumah Tomy. Kemudian beberapa menit kemudian, bendera kuning terlihat disegala sisi komplek. Reina melihat ibunya Tomy, sedang duduk termangu. Reina menghampiri ibunya Tomy.

"Siapa yang meninggal tan?"

"Tomy Guntur Samudro, anak tante yang sangat tante sayangi."

"Apa?! Tante bohong!"

"Dia punya penyakit leukimia. Sebenarnya tante ingin cerita kepada kamu, nak. Karena dia terus memanggil nama kamu.Tapi Tomy terus melarang..."

Reina segera berlari memasuki ruang tamu rumah Tomy, dan terlihat disana ada seorang pemuda berkulit putih bertubuh tinggi yang terbaring kaku diatas keranda. Reina membeku melihatnya.
 Tomy?!
Hatinya menjerit

Suara ibunya Tomi memecahkan jeritan hati Reina.

"Ini dari Tomy, Na..."

Reina mengambil sebuah buku dan sepucuk surat dari ibu Tomy.

Reina, ini buku diarynya gw balikin. Maaf, gak bermaksud lancang. Waktu kita ngobrol, buku lo ketinggalan. Daripada hilang, mending gw simpen. Na, jujur nih, gw gak sengaja baca diary lo. sebenernya gak ada niatan buat baca, tapi kalo gw gak baca gw gak akan tahu apa yang lo rasa. Kehilangan seseorang yang kita sayang itu memang menyakitkan, memilukan malah. Tapi kita gak bisa terus begitu. Karena pasti akan ada banyak orang yang merasa prihatin sama kita. Lo gak mau kan hidup dalam belas kasihan banyak orang. Kita itu orang-orang hebat yang gak boleh tergerus oleh masa lalu. Lo cewek tomboy yang paling tahan banting yang pernah gw kenal. Itulah alesannya gw seneng curhat sama lo. Lo salah satu orang yang mengispirasi hidup gw untuk selalu bangkit, bangkit, dan bangkit lagi. Gw mau ngucapin banyak-banyak terima kasih sama lo. Dan, di surat terakhir gw ini, gw cuma mau bilang, maaf kalo selama ini gw bukan teman yang baik buat lo. Maaf kalo gw juga pergi jauh ninggalin lo. Jangan pernah berpikir kalo gw jahat. Dan jangan pernah berpikir lagi kalo Tuhan itu jahat. Selalu ada makna penting dibalik segala peristiwa yang kita alami. Gw sayang lo. Temen-temen lain juga sayang banget sama lo. Please, jangan sedih lagi. Lo kuat, bahkan terlalu kuat untuk dikalahkan sama yang namanya kesedihan. Keep Smile and Love your Life ya! Sejauh apapun gw, gw akan selalu setia perhatiin elo.

Air mata Reina mengucur deras.

Tom, makasih selama ini udah sabar banget nanggepin juteknya gw... Gw emang bukan temen yang baik buat lo. Maafin gw Tom... Gw janji, gak akan jutek lagi, gak akan cuek lagi... Gw akan kembali jadi diri gw yang dulu...

Hanya rasa peyesalan yang kini tertinggal di lubuk hati seorang gadis bernama Reina Agha Mawari. Dan itu juga yang membuatnya sadar arti penting kehidupan. Hidup harus berjalan terus walau badai menghadang. Gak boleh ada kata nyerah, dan harus tetap bertahan meski hati tak mampu berdiri dan bangkit.

Sekian dari saya!

Senin, 10 Maret 2014

Hai semua! Salam kenal ya. Welcome to Vina Malia's Blog :)